Berita Ciamis, Asajabar.com – Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Tirta Guna Kertasari tengah melaksanakan pembangunan jaringan irigasi di wilayah rawan longsor.
Proyek ini dinilai sangat penting karena selama ini kondisi saluran air kerap mengancam lahan pertanian akibat kerusakan dan longsoran tanah.
Ketua P3A Tirta Guna Kertasari, Bahrul Mutaqin, menjelaskan bahwa pembangunan daerah irigasi tersebut merupakan usulan yang diajukan sejak tahun 2021, namun baru terealisasi pada tahun ini.
Pengerjaan ini merupakan bagian dari Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) yang digulirkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui BBWS Sungai Citanduy, dengan pendanaan dari APBN.
Menurutnya, anggaran yang dikucurkan sebesar Rp195 juta dengan panjang pekerjaan sesuai RAB mencapai 213 meter.
“Lokasi ini memang rawan longsor. Awalnya saya prediksi rawan di sisi selatan, ternyata yang longsor justru di bagian utara dengan panjang sekitar 15 meter. Usulan ini sudah saya ajukan sejak 2021, baru sekarang bisa terealisasi,” ungkap Bahrul, Senin (1/9/2025).
Hingga saat ini, pekerjaan telah mencapai sekitar 130 meter berkat swadaya masyarakat yang cukup tinggi. Pengerjaan ditargetkan rampung dalam 45 hari sesuai RAB. Saluran irigasi yang dibangun memiliki tinggi 90 cm dengan lebar 80 cm dan panjang keseluruhan ditargetkan mencapai 426 meter.
Bahrul menambahkan, irigasi ini tidak hanya bermanfaat bagi petani di Desa Kertasari, tetapi juga mengalir hingga wilayah Dewasari, Handapherang, dan sekitarnya, dengan luas lahan terdampak sekitar 60 ribu hektare.
“Kemarin saja ada sekitar 70 hektare sawah yang sempat terganggu. Kalau irigasi ini selesai, insyaallah aliran air bisa lebih lancar,” katanya.
Meski demikian, kebutuhan saluran irigasi masih cukup panjang. Dari total kebutuhan sekitar 426 meter, RAB baru mencakup 213 meter. Sisanya diperkirakan bisa dilanjutkan melalui swadaya masyarakat.
“Harapan petani agar saluran ini bisa dituntaskan. Kalau pun ada kekurangannya, mereka siap swadaya. Saya hanya diminta membantu mengatur jalannya,” tambahnya.
Selain itu, Bahrul juga menyoroti akses jalan pertanian yang belum memadai. Menurutnya, meskipun air sudah lancar nantinya, jalan menuju lahan masih sulit dilalui karena hanya ada tanggul tanpa jalur angkut.
“Kalau bisa, kami berharap Pemerintah Kabupaten Ciamis dapat memberikan perhatian lebih dengan membangun akses jalan menuju lahan pertanian. Ini sangat penting agar hasil panen petani bisa terangkut dengan mudah,” pungkasnya.