Berita Ciamis, Asajabar.com – Yayasan Rumah Naskah Nusantara menggelar Pelatihan Bahasa, Sastra, dan Aksara (Baskara) di Hotel Larissa Ciamis, Kamis (18/12/2025).
Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan generasi yang mahir memahami bahasa, sastra, dan aksara Sunda, khususnya yang terdapat dalam naskah dan manuskrip kuno.
Pelatihan Baskara tersebut merupakan bagian dari Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan Tahun 2025, kategori dukungan institusional bagi keberlanjutan organisasi kebudayaan.
Program ini didukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui Dana Indonesiana dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Sejumlah narasumber kompeten dihadirkan dalam pelatihan ini, di antaranya Redaktur Majalah Mangle Dr. R. Dian Hendrayana, S.S., M.Pd, pakar filologi sekaligus dosen Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr. Elis Suryani N.S., M.Hum, serta pakar sastra dan kajian budaya Dr. Taufik Ampera, M.Hum, yang juga dosen Unpad.
Ketua Yayasan Rumah Naskah Nusantara, Gunari Putra Erisman, M.Hum, mengatakan pelatihan Baskara bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat Ciamis agar lebih mengenal dan memahami naskah atau manuskrip Sunda.
“Di Ciamis itu tersebar banyak naskah atau manuskrip kuno. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami dari sisi bahasa, sastra, dan aksaranya,” ujar Gunari.
Ia menjelaskan, pelatihan ini diprioritaskan bagi kalangan pelajar, mahasiswa, serta pegiat Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Harapannya, peserta dapat lebih mahir dan memiliki pemahaman yang baik mengenai aksara, bahasa, dan sastra yang terkandung dalam naskah-naskah kuno tersebut.
Dalam pelaksanaannya, Yayasan Rumah Naskah Nusantara juga berkolaborasi dengan berbagai lembaga, di antaranya Pusat Budaya Sunda HUdman, Majalah Mangle, serta sejumlah perguruan tinggi seperti Unpad, UPI, Unigal, dan UID.
Gunari menambahkan, upaya pelestarian dilakukan melalui pelatihan-pelatihan berskala kecil dengan metode praktik langsung. Peserta diberikan edukasi mengenai naskah kuno, mulai dari pemahaman bahasa dan aksara hingga praktik penulisan.
“Metode pembelajarannya kita praktik langsung. Minimal peserta menulis biodata sendiri menggunakan aksara yang dipelajari,” katanya.
Menurutnya, tantangan utama dalam pelestarian aksara dan bahasa kuno adalah anggapan bahwa hal tersebut sudah tidak relevan dengan kehidupan saat ini. Namun demikian, pihaknya berupaya mempertahankan keberadaan bahasa, sastra, dan aksara Sunda sebagai bagian penting dari identitas budaya.
“Kita sering ditanya, apakah Sunda itu masih ada? Selama bahasanya masih ada, sastranya masih ada, tentu Sunda masih ada. Itu yang ingin kita tanamkan, khususnya kepada masyarakat Kabupaten Ciamis,” ujarnya.
Pelatihan Baskara ini diikuti oleh sekitar 50 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar dari berbagai latar belakang pendidikan.













