Berita Ciamis, Asajabar.com – Program pembagian Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Desa Kutawaringin dan Desa Bantardawa, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Ciamis, kembali menyita perhatian.
Tidak hanya menghadirkan makanan sehat bagi peserta didik, pelaksanaan MBG kali ini juga dikemas dengan cara yang unik dan sarat nuansa budaya, sehingga sukses memancing antusiasme anak-anak di sekolah.
Dapur MBG De La Tina secara resmi melakukan launching distribusi MBG mulai Senin, 15 Desember 2025. Pada peluncuran perdana tersebut, distribusi menyasar sekolah-sekolah yang sebelumnya belum menerima layanan MBG, khususnya di wilayah Desa Kutawaringin dan Bantardawa.
Sejak pagi hari, suasana di sejumlah sekolah tampak berbeda dari biasanya. Kedatangan petugas MBG disambut riuh oleh para siswa. Hal ini tidak terlepas dari penampilan para petugas yang tampil mengenakan busana adat khas Sunda-Jawa, berupa baju pangsi hitam yang dimodifikasi dengan sentuhan adat Jawa atau beskap pada bagian dada, serta dipadukan dengan iket atau blangkon di kepala.

Penampilan tersebut memberikan kesan unik sekaligus edukatif, karena tidak hanya menghadirkan makanan bergizi, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal kepada anak-anak sejak dini. Banyak siswa terlihat antusias, bahkan sebagian di antaranya menyapa dan berinteraksi langsung dengan para petugas yang hadir.
Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) De La Tina, Muhammad Ilham Syah Rizal, mengatakan bahwa penggunaan busana adat dalam kegiatan launching MBG ini sengaja dipilih untuk menciptakan suasana yang berbeda dan menyenangkan bagi anak-anak.
“Kami ingin menghadirkan pengalaman yang berkesan bagi anak-anak. MBG bukan hanya soal makanan, tetapi juga soal kebahagiaan, semangat, dan edukasi. Dengan balutan busana adat, kami berharap anak-anak semakin antusias dan merasa dekat dengan program ini,” ujarnya.

Ilham menjelaskan bahwa launching distribusi MBG ini merupakan hasil dari persiapan panjang yang telah dilakukan oleh Dapur MBG De La Tina, mulai dari pemenuhan perizinan, penyiapan dapur produksi, armada distribusi, hingga rekrutmen serta pelatihan tenaga kerja.
Pada tahap awal ini, Dapur MBG De La Tina baru mampu mendistribusikan sebanyak 797 paket makanan bergizi setiap hari. Jumlah tersebut baru mencakup dua desa, yakni Desa Kutawaringin dan Desa Bantardawa, dengan sasaran peserta didik dari Paud, TK, Kober dan SD/MI.
“Di tahap awal, kami baru bisa menjangkau dua desa dengan total 797 paket MBG. Namun, ini menjadi langkah awal. Kami menargetkan pada awal tahun 2026 distribusi MBG sudah bisa lebih merata dan menjangkau desa-desa lainnya di wilayah layanan kami,” jelas Ilham.
Ia menambahkan, secara keseluruhan jumlah penerima manfaat MBG di wilayah layanan SPPG De La Tina mencapai 2.611 orang yang tersebar di empat desa, yaitu Kutawaringin, Bantardawa, Sukamaju, dan Padaringan. Penambahan sasaran akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan teknis dan petunjuk pelaksanaan.
Dalam pelaksanaannya, SPPG De La Tina menempatkan aspek higienitas dan keamanan pangan sebagai prioritas utama. Seluruh proses, mulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan, pemasakan, pemorsian, hingga pendistribusian, dilakukan dengan pengawasan ketat dan melibatkan tenaga ahli.
“Kami melibatkan ahli gizi dalam penyusunan menu. Setiap proses diawasi secara ketat, termasuk pengambilan sampel makanan sebagai bagian dari pengendalian mutu. Ini kami lakukan untuk memastikan makanan yang dibagikan aman, sehat, dan sesuai kebutuhan gizi anak-anak,” katanya.
Selain itu, menu MBG yang disajikan telah disusun secara terencana dan akan mengalami pergantian setiap hari. Variasi menu tersebut bertujuan agar anak-anak tidak merasa bosan dan tetap tertarik mengonsumsi makanan yang diberikan.
“Sudah ada menu induk yang kami siapkan untuk beberapa waktu ke depan. Setiap hari menunya berbeda, namun tetap mengedepankan kandungan gizi seimbang,” tambah Ilham.
Melalui peluncuran MBG yang dikemas secara kreatif dan bernuansa budaya ini, Dapur MBG De La Tina berharap program Makanan Bergizi Gratis tidak hanya berdampak pada peningkatan status gizi peserta didik, tetapi juga menjadi sarana edukasi, pembentukan karakter, serta pelestarian budaya lokal di lingkungan sekolah.













