Jakarta Selatan, ASAJabar – Di tengah era digital yang semakin berkembang, Reza Permadi, pendiri perusahaan rintisan Atourin, memperkenalkan teknologi Atourin Visitor Management System (AVMS) untuk mendukung destinasi wisata di Indonesia yang bebas pungutan liar (pungli) dan berkelanjutan.
Dengan latar belakang akademisnya di bidang Pariwisata Berkelanjutan, Reza menciptakan AVMS. Inovasi ini sebagai sistem yang dapat mendata dan mengorganisir pengunjung secara digital, sekaligus memberantas pungli yang sering terjadi di tempat wisata.
Menurut data BPS 2021, 70% wisatawan Indonesia telah melek digital, tetapi hanya 20% pengelola wisata yang sudah menerapkan sistem digital.
Melalui AVMS, Reza berharap seluruh destinasi wisata di Indonesia bisa memanfaatkan teknologi pada 2030. Sehingga reservasi dapat dilakukan secara daring dan pengelola wisata dapat memberikan transparansi dalam penjualan tiket.
Reza menyoroti pentingnya sistem ini bagi destinasi wisata, khususnya desa wisata, yang sering menjadi sasaran pungutan liar oleh oknum.
“Dengan AVMS, pengelola tidak hanya bisa meningkatkan pendapatan tetapi juga membangun transparansi dan kepercayaan publik,” ujarnya dikutip MindsetVIVA dari E-Booklet 15th SATU Indonesia Awards 2024, Jumat (18/10).
Kemitraan Tanpa Biaya di Awal
AVMS menawarkan model bisnis kemitraan yang memungkinkan pengelola destinasi wisata menggunakan sistem ini tanpa perlu membayar biaya di awal.
Biaya platform dihitung menggunakan model agent rate atau biaya per transaksi tiket yang terjual.
“Pendekatan ini cocok bagi pengelola yang terbatas dari segi anggaran dan sumber daya,” kata Reza.
Melalui kemitraan ini, AVMS membantu pengelola wisata membangun database pengunjung, sistem pencatatan keuangan, serta penggunaan e-tiket yang mengurangi sampah kertas.
Saat ini, sebanyak 85 desa wisata di Indonesia telah menerapkan AVMS dan menerima keuntungan berupa pendapatan yang tercatat secara sistematis serta keterbukaan dalam sistem pembayaran.
Tantangan Implementasi Digital
Meskipun manfaat AVMS sangat signifikan, Reza menghadapi beberapa tantangan dalam proses implementasi.
Salah satu hambatan utama adalah kurangnya minat dan pemahaman teknologi di kalangan pengelola destinasi wisata.
Reza mengatakan bahwa masih ada anggapan teknologi sebagai sesuatu yang rumit dan memakan waktu.
Selain itu, di beberapa destinasi yang rawan pungli, ada pengelola yang menolak AVMS demi menghindari transparansi penjualan tiket.
Untuk menghadapi hal tersebut, Reza melakukan pelatihan dan pendampingan melalui program Atourin Academy, baik secara daring maupun luring.
Hingga kini, lebih dari 200 pengelola destinasi wisata telah mengikuti pelatihan ini, dan Reza optimis semakin banyak pengelola yang siap mengadopsi teknologi.
Transformasi Digital untuk Pariwisata Berkelanjutan
Pandemi 2020 menjadi momen inovatif bagi AVMS. Atourin memperkenalkan tur virtual yang memungkinkan wisatawan mengunjungi destinasi secara daring, salah satunya Desa Wisata Pulau Pramuka.
Paket tur ini sukses menarik ratusan siswa dan mendongkrak minat kunjungan langsung ke destinasi setelah pandemi.
Dengan visi menjadikan 4.500 lebih desa wisata di Indonesia menggunakan AVMS pada tahun 2030, Reza ingin membangun #TourismGoesDigital yang memberdayakan SDM lokal di sektor pariwisata.
Melalui kampanye #TheTravelersPower, Atourin juga mengajak wisatawan untuk bertanggung jawab dan menghormati alam.
Atas kontribusinya di bidang teknologi pariwisata yang inovatif dan berkelanjutan, Reza Permadi mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards 2023. Melalui AVMS, Reza tidak hanya mengedepankan teknologi tetapi juga menyuarakan keberlanjutan dan kearifan lokal dalam pengelolaan wisata di Indonesia. *EL