Berita Ciamis, Asajabar.com – Pondok Pesantren Miftahul Ridwan di Panggaray, Desa Maparah, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, menggelar acara Tasyakur Akhirussanah dan Haflatul Wada untuk santri kelas akhir, Kamis (26/6/2025).
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Olahraga (GOR) pesantren ini menjadi momen bersejarah karena merupakan wisuda perdana sejak pesantren berdiri.
Sebanyak 47 santri putra dan putri diwisuda setelah menuntaskan pendidikan keagamaan dan formal di tingkat Madrasah Aliyah atau setara Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Ridwan, Drs. KH. Saeful Ujun, menyampaikan rasa syukur dan bangganya atas kelulusan para santri angkatan pertama tersebut.
“Ini adalah lulusan perdana kami. Mereka telah menyelesaikan pendidikan pesantren dan pendidikan formal sekaligus,” ujarnya dalam sambutan.
KH. Saeful mengungkapkan, beberapa lulusan sudah diterima di sejumlah perguruan tinggi ternama, termasuk Universitas Padjadjaran (Unpad), melalui jalur seleksi tanpa biaya.
“Santri lulusan pesantren biasanya mendapat prioritas masuk perguruan tinggi, apalagi mereka memiliki sertifikat resmi pendidikan pesantren,” jelasnya.
Tiga alumni putra bahkan memilih untuk kembali mengabdi di pondok sambil melanjutkan studi di lembaga sekitar, seperti Pesantren Suryalaya dan Universitas Galuh.
Acara tersebut juga menjadi ajang syukuran atas kenaikan kelas bagi santri lainnya, terutama tingkat Tsanawiyah (setingkat SMP) dan Ibtidaiyah (setingkat SD).
Mereka menerima syahadah atau sertifikat kelulusan sebagai bentuk penghargaan atas pencapaian belajar.
“Santri dari Tsanawiyah banyak yang lanjut ke Madrasah Aliyah atau sekolah negeri. Kami terus arahkan mereka untuk tetap mengaji, meskipun sudah tidak lagi mondok,” tambahnya.
Saat ini, Pondok Pesantren Miftahul Ridwan memiliki total 253 santri aktif. Sebanyak 47 santri lulus tahun ini, dan 90 santri baru telah diterima untuk tahun ajaran mendatang.
“Kuota awal hanya 80, tapi yang mendaftar mencapai 120 orang. Alhamdulillah, kami masih bisa menampung,” terang KH. Saeful.
Mengantisipasi peningkatan jumlah santri, pihak pesantren berencana memperluas fasilitas asrama dengan membangun lantai tambahan. Namun, ia menegaskan bahwa kualitas tetap menjadi prioritas utama.
“Kami tidak mengejar kuantitas. Kapasitas ideal kami adalah 500 santri, namun tetap memperhatikan kesiapan fasilitas, tenaga pengajar, dan pelayanan,” jelasnya.
Pesantren dijadwalkan kembali aktif pada 9 Juli 2025, bersamaan dengan pertemuan wali santri baru dan prosesi serah terima dari orang tua ke pihak pesantren.
Tak hanya fokus pada pendidikan formal dan agama, pesantren juga mendorong santri untuk aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti karang taruna dan remaja masjid.
KH. Saeful berharap, para lulusan dapat menjadi teladan dan pemimpin di lingkungan masing-masing.
“Minimal mereka bisa jadi imam di kampungnya. Itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri,” tutupnya.