Berita Ciamis, Asajabar.com — Peringatan Hari Pramuka ke-63 tingkat Jawa Barat berlangsung meriah di Taman Lokasana, Kabupaten Ciamis, dengan ribuan anggota Pramuka yang mengikuti acara kolosal Medar Kaulinan, Minggu (1/9/2024).
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Budi Waseso, turut hadir dalam acara ini, yang menampilkan berbagai kegiatan tradisional seperti menanam padi mulai dari pengolahan tanah, penebaran pupuk, hingga proses panen dan penampiannya.
Selain itu, Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka Ciamis, Nanang Permana, beserta Pembina Cabang (Mabicab) Ciamis, Penjabat Bupati Ciamis Engkus Sutisna, dan Kapolres Ciamis AKBP Akmal juga turut serta dalam permainan tradisional Paciwit-ciwit Lutung.
Ribuan peserta upacara berpartisipasi dalam permainan oray-orayan, membentuk barisan panjang yang semakin memeriahkan suasana ketika mereka melempar sarung ke udara.
Pertunjukan kolone senapan oleh Saka Wirakartika Kodim 0613 Ciamis dan musik kolotik (kolotok leutik) juga mendapat sambutan meriah dari para hadirin.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Kwartir Nasional Budi Waseso menekankan pentingnya peran Pramuka Jawa Barat dalam menjaga ketahanan pangan, yang dinilai sangat vital bagi ketahanan bangsa.
“Ini sangat penting, bahwa pangan adalah utama,” ujar Budi Waseso.
Sebagai negara agraris, Budi menegaskan, Indonesia harus menghindari ketergantungan pada impor beras. Ia memuji upaya Pramuka Ciamis dalam membina generasi muda untuk mencapai swasembada pangan.
“Pangan tidak hanya beras, juga umbi, singkong, jagung. Ini sudah dilakukan, khususnya di Ciamis,” tambahnya.
Budi juga mengingatkan tentang keberhasilan swasembada pangan di masa lalu di bawah kepemimpinan Pangkostrad Prabowo Subianto dan berharap pencapaian tersebut bisa terulang.
“Pramuka memiliki kekuatan besar. Ini bukan hanya tentang kepramukaan, tetapi juga tentang kontribusi nyata dalam membangun bangsa,” tegasnya.
Budi Waseso juga mengkritik kebijakan Menteri Pendidikan Nasional, Nadiem Makarim, yang pernah mengeluarkan kebijakan tidak mewajibkan Pramuka di sekolah. “Yang mengatakan Pramuka tidak penting dan dikecilkan, pasti orang itu tidak mengerti Pramuka.
Itu wajar karena mereka yang berbicara demikian mungkin tidak pernah sekolah di Indonesia,” pungkasnya. (TONY/NHA/ASAJABAR)