Berita Ciamis, Asajabar.com – Baznas Kabupaten Ciamis menerima kunjungan studi banding dari Baznas lima kabupaten yang berasal dari dua provinsi, yakni Kabupaten Barru, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Soppeng, dan Kabupaten Bone dari Provinsi Sulawesi Selatan, serta Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dari Provinsi Kalimantan Timur, Sabtu (30/8/2025).
Wakil Ketua Baznas Kabupaten Ciamis, H. Iif Taufiq El Haque, menjelaskan kunjungan tersebut bertujuan untuk mempelajari sistem penghimpunan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) di Ciamis yang dinilai berhasil memberdayakan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di tingkat desa.
“Di daerah lain, penghimpunan umumnya masih mengandalkan ASN. Sementara di Ciamis, penghimpunan sudah berjalan dari masyarakat melalui UPZ Desa. Mereka ingin meniru bagaimana langkah nyata yang kami lakukan, karena meski rata-rata daerah lain sudah memiliki UPZ Desa, banyak yang masih sebatas SK tanpa berjalan optimal,” kata Iif.
Menurutnya, kunci keberhasilan Ciamis adalah membangun saluran komunikasi antara kepala desa, BUMDes, dan UPZ Desa, sehingga kehadiran UPZ benar-benar mampu menyelesaikan problematika umat di tingkat desa.
“Langkah-langkah dan gerakan UPZ ini harus dirasakan langsung oleh masyarakat. Tantangan memang ada, seperti keluhan masyarakat yang belum terpenuhi, tapi sebagian besar UPZ di desa mampu menyelesaikan masalah dengan baik,” tambahnya.
Iif menegaskan bahwa strategi Ciamis tidak bisa sepenuhnya ditiru oleh daerah lain, sebab kondisi sosial dan geografis berbeda.
“Kami terbuka berbagi pengalaman, tetapi setiap daerah tetap harus menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Misalnya, dari Pangkep karena daerah kepulauan tentu berbeda tantangannya. Prinsipnya setiap daerah harus melakukan improvisasi agar sesuai dengan budaya dan kondisi masyarakatnya,” ujarnya.
Ketua Baznas Kabupaten Barru, H. Minu Kalibu, mengaku kagum dengan inovasi pengelolaan ZIS di Ciamis. Menurutnya, apa yang dilakukan Baznas Ciamis dapat menjadi inspirasi untuk diterapkan di daerahnya.
“Ciamis punya inovasi luar biasa. Kami berkunjung ke sini untuk berbagi pengetahuan, mudah-mudahan bisa diterapkan di Kabupaten Barru. Memang sejak 2017 kami sudah ada UPZ Desa, tapi pemaksimalan kegiatannya masih kurang. Jumlah ASN di Barru hanya 12 ribu, sementara di Ciamis lebih dari satu juta. Meski begitu, dengan inovasi yang ada di sini, harapannya bisa kami kembangkan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Baznas Kutai Kartanegara, H. Muhammad Shafik Avicenna, mengatakan pihaknya datang untuk belajar pengelolaan UPZ Desa yang di Ciamis sudah berjalan baik. Di Kukar sendiri, kata dia, program UPZ Desa masih belum maksimal.
“Sekarang baru terbentuk 3 UPZ Desa dari total 193 desa dan 44 kelurahan. Kami dilantik pada 2022, jadi memang masih mulai dari nol. Saat itu penghimpunan baru Rp23 juta per bulan, yang sebagian besar dari ASN. Saat ini kami sudah mulai masuk ke kecamatan, dan ke depan Insyaallah saatnya ke desa,” kata Shafik.
Ia menambahkan, dari hasil kunjungan ke Ciamis, pihaknya berencana membuat percontohan di beberapa desa.
“Modelnya nanti ada 1 atau 3 desa percontohan, bukan hanya untuk pengumpulan, tetapi juga integrasi antara penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Jika satu desa mapan, maka desa lain bisa belajar dari sana,” jelasnya.
Menurut Shafik, apa yang dilakukan Baznas Ciamis sangat bagus dan realistis untuk diterapkan di Kukar, meskipun tetap harus disesuaikan dengan budaya dan kondisi lokal masyarakat.













