Berita Ciamis, Asajabar.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Ciamis telah melaksanakan pembinaan terhadap para Kepala Sekolah dan juga Guru.
Pembinaan dalam upaya meningkatkan pemahaman akhlak dan moral guru tersebut dilakukan di Aula PGRI Kabupaten Ciamis, Jumat (14/7/2023).
Ketua MUI Kabupaten Ciamis, KH. Saeful Ujun mengatakan bahwa dalam pembinaan tersebut salah satunya untuk mengingatkan para guru-guru agar senantiasa bersyukur apa yang telah ia miliki,” ucapnya.
“Seseorang yang telah menjadi ASN merupakan nikmat terbesar dari Alloh SWT, ketika nikmat itu disyukuri maka akan menjadi barokah,” ungkapnya.
Salah cara mensyukurinya yakni dengan cara bertakwa dan menjauhi larangannya. Karena takwa adalah modal pokok kebahagian, sedangkan maksiat adalah modal pokok kehancuran.
KH. Saeful menegaskan, pembinaan secara spiritual tersebut merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah krisis moral dilingkungan guru.
“Sebagai guru harus memberikan contoh perilaku yang baik, dan harus dijadikan idaman oleh masyarakat,” ungkapnya.
Komisi Bidang Pendidikan MUI Kabupaten Ciamis, H. Wawan S Arifien mengatakan bahwa guru harus mampu menjadi model yang baik dan idola peserta didik dalam perilaku dan akhlaknya,” ucapnya.
“Yang digugu dan ditiru itu adalah keilmuan dan ahlaknya yang baik, sehingga dapat menjadi sebuah contoh terhadap peserta didiknya.
Wawan juga mengingatkan supaya PGRI Kabupaten Ciamis bisa lebih cepat tanggap ketika ada suatu permasalahan dilingkungan anggotanya.
Saya berharap kedepan tidak ada lagi guru yang bersikap atau berperilaku yang tidak pantas sebagai guru.
Menurutnya berbagai persoalan yang terjadi di guru merupakan dinamika dan fenomena di era digital saat ini dan perlu disikapi secara bersama-sama.
Wakil Ketua PGRI Kabupaten Ciamis, Edi Rusyana mengaku bahwa PGRI selalu mengedepankan profesionalisme.
“Terkait apapun itu hanyalah dinamika dan fenomena dizaman sekarang harus ditangani secara bersama-sama, artinya ada sinergitas antara PGRI dengan MUI dan juga Pemerintah,” ungkapnya.
Menurut Edi, pihaknya sangat menbutuhkan bimbingan, masukan maupun arahan dari MUI.
“Guru juga manusia yang terkadang mempunyai khilaf,” ungkapnya.
Kalau pun ada satu atau dua guru yang dianggap tanda kutip atau bergeser dari luar koridor, itu sedang kita luruskan,” ucap Edi. (TONY/ASAJABAR)